Ketika Jomblo Menjadi 'Musibah'-- Apa yang Harus Dilakukan?

Ketika Jomblo Menjadi Musibah-- Apa yang Harus Dilakukan?
ISTOCK

Memiliki status lajang atau jomblo kerap membuat seseorang menjadi bahan ejekan. Apa yang harus dilakukan untuk menjawab ejekan tersebut?

Ejekan yang diberikan terkait status single sering disebut sebagai single shaming, apalagi jika banyak teman yang sudah menikah. Apa yang harus kita ketahui tentang single shaming?

Pernah mendengar istilah single shaming? Yep, memang terdengar asing di telinga, single shaming identik dengan perilaku mengejek orang lain atas dasar status jomblo-nya. Apakah kamu adalah salah satu korban atau malah pelakunya? Untuk menjelaskan hal ini, Woop meminta bantu kepada seorang psikolog klinis dewasa, Irene Raflesia, S. Psi, M. Psi., dari Klinik Pelangi, Cibubur.

“Bentuk perilaku dari single shaming ini bisa bermacam-macam. Dimulai dari menanyakan mengapa status kita masih menjomblo, menanyakan kapan punya pacar atau menikah, sampai dengan perilaku sok memberikan nasihat atau wejangan karena sudah merasa berhasil memiliki pasangan,” katanya.

Huh, mulut nitizen memang jahat dan selalu ingin tahu urusan orang lain. Ibaratnya hidup kita selalu salah di mata mereka saat kita tidak memiliki pasangan.

Irene kembali mengatakan, “perilaku single shaming ini sering kita jumpai ketika reuni atau berkumpul bersama keluarga. Tak jarang topik ini pun menjadi bahan candaan di acara stand up comedy. Ketika ada teman yang menyinggung topik ini, kamu mungkin merasa campur aduk antara marah, kesal, malu atau malah sedih mendengarnya. Kadang kita juga membiarkan penilaian orang lain ini masuk ke dalam diri dan mempertanyakan jangan-jangan ada yang salah dengan diri kita. Ketika itu terjadi dalam jangka waktu lama tentunya akan meruntuhkan rasa percaya diri.”

Ya, single shaming memang biasa terjadi di lingkaran pertemanan dan keluarga. Karena mereka bisa dengan mudahnya berbicara terbuka dan bisa juga hal ini menjadi bentuk perhatian untuk kita. Namun banyak dari kita yang berpikiran bahwa semua yang dikatakan oleh mereka sebuah olokan yang menyakitkan hati. Selain itu, stigma masyarakat yang di mana seorang perempuan harus cepat menikah sebelum dianggap ‘tidak laku’.

Lantas, apa yang harus dilakukan?

Irene memberikan cara untuk kamu menghadapi perilaku teman-teman yang sering mengejek status jomblo-mu, sebagai berikut:

  • Mengabaikan ejekan

Bagi sebagian orang, harga dirinya mungkin memang ditentukan dari status hubungan romantis. Ketika berhadapan dengan orang seperti ini ada baiknya kita mengabaikan ketimbang membalas dengan ejekan lainnya. Bisa jadi dia melihat kamu memiliki keuntungan yang tidak dimilikinya akibat status tersebut, sehingga untuk membuktikan bahwa dirinya lebih baik, dia mengejek kamu. Mengabaikan ejekan juga dapat berarti kita tak menganggap ejekannya terlalu penting untuk ditanggapi. Ejekan mungkin akan berhenti jika kita tak bergeming.

  • Membalas mengejek

Saat kita diejek, terkadang ada dorongan yang besar untuk melindungi diri sendiri dengan cara menyerang kelemahan orang lain. Hal ini bisa saja dilakukan dengan membantah dan mengemukakan betapa bahagianya kita mengemban status jomblo. Walau tampak efektif, cara ini juga berpotensi berbalik menyerang diri kita dan membuat perasaan kita merasa lebih buruk karena kita seolah telah memakan umpan yang dipasang. Membalas ejekan juga belum tentu akan membuat perasaan kita akan merasa lebih baik.

“Sebetulnya tidak ada satu cara pun yang jitu untuk menanggapi ejekan ini. Hal lain yang bisa kita lakukan selain kedua hal di atas adalah mencoba berempati pada si pengejek. Terlepas dari alasan apa pun, ejekannya membuat kita menyadari perlunya berhati-hati memilih kata-kata agar tak menyakiti orang lain. Kita perlu mempertimbangkan apakah yang ingin kita sampaikan itu diperlukan, apakah itu membantu orang lain, dan apakah ucapan itu benar adanya. Jika tidak, mungkin ada baiknya kita tak memberikan tanggapan terhadap ejekan tersebut,” paparnya.

Selanjutnya: saat kamu merasa ‘cukup’ dengan hubungan ini. Apa memang benar-benar harus mengakhirinya